Ahlan wa sahlan

KEAJAIBAN DOA…



بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والعاقبة للمتقين وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله أما بعد

Ini adalah kisah yang bagus dan mengesankan serta mengharukan. Kisah seorang ustadz yang bernama Abdulloh bin Muhammad Ad Dawudiy yang telah mengalami mati otak selama 15 tahun…!

Setelah itu, apa yang terjadi..?

Kisah ini diceritakan oleh istrinya pada tahun 1415 H..

Sang istri mengatakan:

"Dahulu suamiku adalah seorang pemuda belia yang energik dan penuh vitalitas serta berpostur tubuh tinggi besar. Ia juga orang yang taat beragama dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Ia menikahiku pada tahun 1390 H dan kami tinggal di rumah orang tuanya seperti halnya adat keluarga-keluarga di Saudi lainnya. Aku melihat baktinya terhadap kedua orang tuanya dan itu membuatku kagum padanya. Aku bersyukur kepada Alloh ta'ala yang telah memberikanku rezki berupa suamiku ini…

Kami diberikan rezki seorang anak perempuan setelah setahun kami berumah tangga. Kemudian suamiku pindah kerja di bagian Timur negeri. Ia bekerja di tempatnya selama sepekan dan berada di rumah bersama kami selama sepekan. Hal itu berlangsung selama tiga tahun, sampai anak kami berumur genap empat tahun…

Sampai pada suatu hari -yaitu pada 9 Romadhon 1395 H- ketika suamiku tengah dalam perjalanan pulang dari tempat kerjanya di Riyadh. Tiba-tiba ia mengalami kecelakaan lalu lintas hingga mobilnya terbalik. Sehingga ia dimasukkan ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri…

Setelah itu para dokter khusus yang merawatnya memberitahukan bahwa ia tengah mengalami mati otak, telah mencapai 95 persen dari sel otaknya yang rusak…

Kejadian itu terasa menyakitkan sekali bagi kami sekeluarga, terutama bagi kedua orang tuanya yang telah lanjut usia. Rasa sakit itu terus bertambah ketika anak perempuannya (Asma') mulai bertanya-tanya tentang ayahnya yang sangat ia cintai dan telah menjanjikan akan memberikan untuknya sebuah mainan yang disukainya...

Kami bergantian menjenguknya setiap hari selama beberapa tahun dan ia tetap dalam keadaan demikian, tidak mengalami perubahan membaik sedikitpun. Setelah melewati tahun kelima, beberapa kerabatku mengusulkan agar aku meminta cerai saja dari suamiku itu dengan perantaraan pengadilan, berdasarkan hukum kematiannya secara klinis (mati otak) tersebut dan telah dinyatakan pesimis untuk sembuh. Beberapa masyayikh yang tidak ingin kusebutkan nama-nama mereka telah berfatwa tentang bolehnya tholaq (cerai) ketika ia mengalami mati otak…

Akan tetapi secara tegas aku menolak hal itu dan telah kuputuskan bahwa aku tidak akan meminta cerai selama ia masih berada di muka bumi ini… Hanya ada dua pilihan: ia dikubur sebagaimana orang-orang yang mati lainnya atau dibiarkan saja untukku sampai Alloh ta'ala melakukan apa yang dikehendaki-Nya…

Kemudian perhatianku tercurah kepada anak perempuan kecilku. Ia kumasukkan ke Madrosah Tahfidhul Quran sampai berhasil menghafal Al Quran seluruhnya, sedangkan umurnya belumlah genap sepuluh tahun…

Aku beritahukan juga setelah itu bagaimana keadaan ayahnya. Maka ia senantiasa mengingat ayahnya, terkadang sambil menangis dan terkadang sambil terdiam seribu bahasa…

Anak perempuanku termasuk yang taat beragama. Dia mengerjakan sholat lima waktu tepat pada waktu-waktunya. Demikian pula, ia rajin melakukan sholat di akhir malam (tahajjud), padahal umurnya waktu itu belumlah genap tujuh tahun. Maka aku memuji Alloh ta'ala yang telah memberiku taufiq dalam mendidiknya, sebagaimana neneknya dahulu -rohimahalloh- yang begitu dekat dengannya, demikian juga kakeknya -rohimahulloh-.

Anakku juga ikut denganku untuk menjenguk ayahnya dan sewaktu-waktu membacakan Al Quran padanya (meruqyahnya) serta bersedekah atas nama ayahnya…

Pada suatu hari -pada tahun 1410 H-, ia mengatakan kepadaku: "Wahai ibuku, tinggalkanlah aku di sisi ayah. Aku akan tidur di sampingnya malam ini." Setelah beberapa saat aku ragu-ragu untuk meninggalkannya bersama ayahnya, akhirnya akupun menyetujuinya…

Maka setelah itu anakku bercerita:

"Aku duduk di samping ayah sambil membaca surat Al Baqoroh sampai selesai. Kemudian datanglah rasa kantuk yang mengalahkanku, sehingga aku tertidur. Aku merasakan ketika tidur itu, bahwa aku menemukan suatu kebahagiaan dalam hidupku, sehingga hatiku merasa tenang dengannya…

Kemudian aku terbangun di tengah malam. Lalu aku pergi berwudhu dan melakukan sholat malam beberapa rokaat… Lalu datanglah kembali rasa kantuk yang mengalahkanku, sedangkan aku masih berada di tempat sholatku…

Ketika aku tertidur, seakan-akan seseorang datang menegurku: "Bangkitlah..! Bagaimana bisa engkau tidur, sedangkan Ar Rohman tidak tidur…?! Bagaimana bisa engkau tidur, padahal sekarang adalah waktu terkabulnya doa yang Alloh ta'ala tidak menolak permintaan hamba-Nya..?!"

Maka seketika itu akupun bangkit, seakan-akan aku teringat akan sesuatu yang tengah hilang dariku.. Maka aku angkat tanganku dan aku lihat ayahku, sedangkan kedua mataku berlinangan air mata.. Akupun berdoa:

"Ya Robbii, Ya Hayyun, Ya Qoyyuum, Ya 'Adziim, Ya Jabbaar, Ya Kabiir, Ya Muta'aal, Ya Rohmaan, Ya Rohiim…
Ini adalah ayahku, seorang hamba dari hamba-hamba-Mu, telah tertimpa kesusahan, maka kami bersabar karenanya…
Kami memuji-Mu dan beriman terhadap apa yang telah Engkau takdirkan untuknya… Ya Alloh, sesungguhnya ia berada di bawah kehendak dan rohmat-Mu…
Ya Alloh, yang telah menyembuhkan Ayyub dari musibah yang menimpanya… Engkau juga telah mengembalikan Musa kepada ibunya… Engkau juga telah menyelamatkan Yunus dari perut ikan besar… Engkau juga telah menjadikan jilatan api itu menjadi dingin dan keselamatan bagi Ibrohim… Maka sembuhkanlah ayahku dari apa yang menimpanya…
Ya Alloh, mereka telah menyangka bahwa ayahku tidak bisa sembuh lagi…
Ya Alloh, milik-Mu-lah kekuasaan dan kebesaran, maka kasihanilah dan sembuhkanlah dia… Angkatlah penyakit itu darinya…"

Sekali lagi…, datanglah rasa kantuk itu mengalahkanku, sehingga akupun tertidur ketika menjelang waktu shubuh tiba…

Tiba-tiba terdengar sebuah suara lirih tengah memanggilku: "Siapa kamu…? Apa yang kau perbuat di sini..?"

Seketika itu pula aku bangkit lantaran mendengar suara itu. Akupun menoleh ke kanan dan kiri, ternyata tidak aku temukan siapa-siapa. Kemudian terdengarlah suara itu untuk yang kedua kalinya. Ternyata pemilik suara itu adalah ayahku…!

Aku tidak bisa menahan diriku lagi…, melainkan aku langsung bangkit dan memeluk ayahku dengan penuh rasa bahagia dan suka cita. Sedangkan ayahku terkejut dan berusaha untuk mengelak dan beristighfar, seraya berkata: "Ittaqillah…! (takutlah kamu kepada Alloh), tidak boleh kau lakukan hal itu terhadapku…!" Maka akupun berkata kepadanya: "Ini aku, anak perempuanmu Asma'…!" Setelah mendengar hal itu, maka ayahku terdiam…

Aku keluar dari ruangan ayahku untuk memberi tahu para dokter. Lalu mereka berdatangan ke tempat ayahku. Mereka terkejut dan terheran-heran setelah melihat keadaannya. Salah seorang dokter berkebangsaan Amerika berkata dengan aksen bahasa Arabnya yang terpatah-patah: "Subhaanallooh…!" Dokter lainnya dari Mesir mengatakan: "Maha suci Dzat yang menghidupkan tulang-belulang yang telah remuk dan hancur berantakan…!"

Sedangkan ayahku tidak tahu apa yang telah terjadi dan dialaminya, hingga kami memberitahunya. Maka ayahku menangis setelah mengetahuinya dan mengatakan: "Allohlah sebaik-baik penjaga dan pemelihara hamba-Nya yang sholeh.. Demi Alloh, aku tidak ingat apa-apa, kecuali ketika sebelum terjadi kecelakaan, aku berniat ingin berhenti sejenak untuk melakukan sholat Dhuha. Aku tidak tahu, apakah aku telah melakukannya atau tidak…?"

Sang istri melanjutkan ceritanya:

"Maka kembalilah ayah Asma' sebagaimana yang telah kujanjikan dan umurnya sudah mendekati 46 tahun. Aku diberi rezki seorang anak darinya, walhamdulillah… Umurnya berjalan dua tahun ini…

Subhanalloh, yang telah mengembalikan suamiku kepadaku setelah 15 tahun berjalan serta menjaga anak perempuanku. Juga yang telah memberiku taufiq untuk menepati janji dan mengikhlaskannya, meskipun ia tengah terbenam dari kehidupan dunia…

I b r o h …

Maka janganlah kalian meninggalkan doa… Doa itu bisa merubah takdir…!
Siapa yang menjaga syariat Alloh, niscaya Alloh akan menjaganya…
Janganlah lupa untuk berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua…
Juga kita mengetahui dan menyadari bahwa hanya di tanganlah Allohlah 'azza wa jalla perubahan segala perkara dan takdir itu, tidak di tangan siapapun selain-Nya…

Ini adalah kisahku untuk diambil pelajaran (ibroh) darinya. Semoga Alloh ta'ala memberikan manfaat dengannya bagi siapa yang tengah dilanda kebuntuan dan kesulitan serta duka cita yang mendalam…, siapa yang tengah terkunci pintu-pintu kehidupannya… serta siapa yang tengah terputus jalan-jalan keberhasilannya…

Maka ketuklah pintu langit dengan doa.. dan yakinlah akan terkabulkannya…
Janganlah berputus asa selama Robbmu itu Alloh ta'ala… Kirimkan saja doa-doamu dan bungkuslah dengan sikap husnuddhon (baik sangka) terhadap-Nya subhanahu wa ta'ala… Yakinlah dengan dekatnya jalan keluar dan terkabulnya doamu. Terutama pada sisa-sisa hari-hari sepuluh pertama Dzulhijjah yang mulia ini, di bawah bayang-bayang keadaan akhir zaman yang penuh kesulitan dan kegelapan…

Wabillahit taufiq, walhamdulillahi Robbil 'alamin.

Ditulis: Mushlih bin Syahid Al Madiuniy -'affallohu 'anhu- (Rabu, 7 Dzulhijjah 1435H)
Markiz Darul Hadits As Salafiyyah Baihan-Shon'a -harosahalloh-

Sumber: Risalah Syaikh Zakariya Al-Yafi'iy -hafidhohulloh- di Majmu'ah Akhbar Al Fath Qol'atis Sunnah.



lembaran-lembaran ilmiah • وما توفيقي إلا بالله • mushlihabusholeh.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar