بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والعاقبة للمتقين ولا عدوان إلا على الظالمين، وأشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا رسول الله، أما بعد
Ini adalah suatu pertanyaan yang terlontar tentang hukum kelompok-kelompok sempalan, seperti Al Qaedah, ISIS dan yang semisalnya, apakah termasuk Khowarij ataukah tidak? Dijawab oleh Syaikh Abu Hatim Yusuf bin 'Ied Al 'Anabi Al Jazairiy hafidhohulloh.
Pertanyaan:
ورد سؤال: ما حكم القول بأن القاعدة أو جماعة داعش مبتدعة وليسوا خوارج؟
"Apa hukum ucapan seseorang bahwa Al Qaedah atau kelompok Da'isy (ISIS) itu adalah sekedar mubtadi'ah (ahli bid'ah) dan bukan khowarij?"
Jawaban Syaikh Yusuf bin 'Ied Al 'Anabiy Al Jazairiy:
لا يخفى على أهل السنة ما عليه هاتان الجماعتان من تكفير كثير من المسلمين من غير أن ينطبق عليهم ذلك، والتدين بسفك دمائهم، بل اعتقاد وجوب قتالهم قبل قتال اليهود وغيرهم من الكافرين؛ لزعمهم أنهم مرتدون، كما صرحت بذلك جماعة داعش في حق حركة حماس مع ما عندهم. كما لا يخفى تكفيرهم دولة آل سعود، وتكفير من اعتقد ولايتهم، وانطوى تحت حكومتهم. وتكفير غيرها من الدول الإسلامية من باب أولى
ومن عقيدة الخوارج: التكفير بالكبيرة دون الشرك والكفر، سواء اقترن ذلك بقتل أو خروج على ولي المرء المسلم أو لم يقترن. فالقعدية -مثلا- من فرق الخوارج وإن لم يباشروا الخروج، إذ اعتقاد ذلك كاف في الحكم عليهم بأنهم خوارج وإن لم يفعلوا
ومن منهج أهل السنة والجماعة، أنهم يحكمون بالبدعة على من استحق الوصف بها، ثم ينسبونه بعد ذلك
أ- إما إلى الاعتقاد أو العمل أو القول البدعي نفسه: كالمرجئة، نسبة إلى بدعة تأخير العمل عن مسمى الإيمان، والخوارج نسبة إلى بدعة الخروج.
ب- أو إلى مؤسسها: كالكلابية، نسبة إلى ابن كلاب.
ج- أو مشهرها: كالجهمية، نسبة إلى الجهم بن صفوان، وكان أخذ هذه العقيدة الخبيثة عن الجعد بن درهم، وإنما أضيفت إليه لأنه الذي نشرها.
د- أو إلى المكان الذي حصلت فيه البدعة: كالنهروانية، وهم من فرق الخوارج، نسبة إلى نهروان
ونصوص الكتاب والسنة كثيرة في تصنيف اليهود، والنصارى، والمجوس، والمنافقين، والمشركين، والخوارج، والقدرية وغيرهم، وذِكر أوصافهم مقرونا بتسميتهم حتى يعرفوا ويُبغض سبيلهم ويُجتنب ويُترك، والله تعالى يقول: ﴿وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ﴾ الأنعام:55
فالواجب إلحاق كل مبتدع ببدعته؛ لأن ذلك من النصح للمسلمين حتى يستبينوا سبيل المجرمين والواجب إنزال الناس منزلتهم التي تقتضيها الشريعة المحمدية. وعدم التساهل في بيان حكم الله وإظهاره كل بحسبه
وقد ذكر الحافظ الذهبي في "تاريخ الإسلام" (18/85) أن حسينا الصائغ قال للإمام أحمد: إني سألت أبا ثور عمن قال: لفظي بالقرآن مخلوق؛ فقال: مبتدع؛ فغضب أبو عبد الله، وقال: أيش مبتدع؟! هذا كلام جهم بعينه! ليس يفلح أصحاب الكلام.اهـ
فعلق العلامة عبد اللطيف بن عبد الرحمن بن حسن -رحمه الله قائلا-: فأنكر على أبي ثور التساهل في الإنكار، ورأى أن تعظيم الأمر والنهي يقتضي غير ذلك من ذكر أوصافهم الخاصة الشنيعة، والغلظة في كل مقام بحسبه. اهـ من عيون الرسائل والأجوبة على المسائل: 2 /739
والله الموفق الهادي إلى سواء السبيل
"Tidaklah tersamar lagi bagi ahlussunnah, bahwa apa yang dilakukan oleh kedua kelompok tersebut (dan yang semisalnya) berupa pengkafiran banyak dari kaum muslimin secara tidak benar. Mereka menganggap bahwa menumpahkan darah kaum muslimin itu termasuk bagian dari agama. Bahkan mereka berkeyakinan akan wajibnya memerangi kaum muslimin terlebih dahulu sebelum memerangi Yahudi dan orang-orang kafir lainnya. Mereka menyangka bahwa banyak dari kaum muslimin telah murtad dari agama Islam, sebagaimana hal itu telah ditegaskan oleh kelompok Da'isy (ISIS) terhadap gerakan Hamas. Sebagaimana tidak samar lagi pengkafiran mereka terhadap pemerintahan Alu Su'ud (Saudi) serta pengkafiran terhadap orang-orang yang mengakui pemerintahannya dan bernaung di bawahnya. Terlebih lagi tentang pengkafiran mereka terhadap negeri-negeri Islam lainnya.
Diantara aqidah Khowarij adalah pengkafiran disebabkan perbuatan dosa besar di bawah kesyirikan dan kekufuran, baik pengkafiran tersebut dibarengi dengan peperangan atau pemberontakan terhadap pemerintah muslim ataupun tidak. Kelompok Alqo'adiyah -misalnya- termasuk salah satu kelompok Khowarij meskipun mereka tidak mengadakan pemberontakan secara langsung. Keyakinan yang dianutnya tersebut telah cukup untuk menghukumi bahwa mereka itu Khowarij, meskipun mereka belum melakukan aksinya.
Diantara manhaj Ahlussunnah wal Jama'ah adalah menghukumi dengan kebid'ahan kepada siapa yang pantas untuk mendapatkannya, kemudian setelah itu menisbahkannya kepada:
1- Suatu i'tiqod (keyakinan) atau amalan atau ucapan bid'ah itu sendiri. Sebagai contoh: Murji'ah, nisbah kepada keyakinan bid'ah yaitu mengakhirkan amal dari lingkup keimanan. Contoh lain: Khowarij, nisbah kepada suatu bid'ah yaitu sikap keluar dari ketaatan terhadap pemerintah.
2- Atau kepada pendiri dan pencetusnya. Sebagai contoh: Kullabiyyah, nisbah kepada Ibnu Kullab (pencetus kelompok Kullabiyyah).
3- Atau kepada siapa yang mempopulerkannya. Hal itu seperti Jahmiyah, nisbah kepada Jahm bin Shofwan yang awalnya mengambil aqidah buruk tersebut dari Ja'd bin Dirham. Dinisbahkan kepada Jahm, karena dialah yang menyebarluaskan ajaran tersebut.
4- Atau kepada tempat terjadinya kebid'ahan tersebut. Sebagai contoh: Nahrowaniyah, termasuk kelompok Khowarij, dinisbahkan kepada suatu tempat (bercokolnya mereka) yang bernama Nahrowan.
Nash-nash Al Kitab dan As Sunnah banyak menyebutkan penggolongan Yahudi, Nashrani, Majusi, kaum munafiqin, kaum musyrikin, Khowarij, Al Qodariyah dan selain mereka serta menyebutkan sifat-sifat atau ciri-ciri mereka bersamaan dengan penamaan serta penjulukan mereka. Hal itu agar diri mereka dikenal dan jalan mereka dibenci, dijauhi serta ditinggalkan.
Alloh ta'ala berfirman:
وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ
"Penjelasan seperti ini Kami berikan kepada engkau -wahai Rosul- agar Kami menerangkan hujjah-hujjah yang gamblang atas setiap kebenaran yang diingkari oleh ahli batil, supaya nampak jelas kebenaran itu. Juga untuk menampakkan jalannya ahli batil yang menentang para Rosul." (QS. Al An'am: 55)
Maka wajiblah untuk menggabungkan setiap ahli bid'ah bersama kebid'ahannya, karena hal itu merupakan bentuk nasehat bagi kaum muslimin, sehingga jalan orang-orang jahat lagi pendosa itu nampak jelaslah bagi umat. Demikian juga, wajib menempatkan manusia sesuai dengan posisinya berdasarkan syariat Muhammad -shollallohu 'alaihi wa sallam- serta tidak bermudah-mudahan atau terlalu bersikap toleran dalam menjelaskan dan menampakkan hukum Alloh sebagaimana mestinya.
Al Hafidz Adz Dzahabi rohimahulloh menyebutkan dalam Tarikh Al Islam (18/85) bahwa Husain Ash Shoigh berkata kepada Imam Ahmad rohimahulloh: "Aku bertanya kepada Abu Tsaur tentang orang yang mengatakan: "Lafadzku ketika membaca Al Quran adalah makhluk." Maka ia menjawab: "Dia itu mubtadi' (ahli bid'ah)." Maka Imam Ahmad rohimahulloh marah setelah mendengarnya dan mengatakan: "Mubtadi' apa?! Itu adalah ucapan Jahm sendiri! (yaitu paham Jahmiyah). Tidaklah beruntung orang-orang ahli kalam itu!"
Al 'Allamah Abdullathif bin Abdurrohman bin Hasan rohimahulloh mengomentari kisah ini dengan mengatakan: "Maka Imam Ahmad rohimahulloh mengingkari Abu Tsaur akan sikap bermudah-mudahannya atau terlalu tolerannya dalam pengingkaran dan beliau melihat bahwa sikap menjunjung tinggi perkara perintah dan larangan (dalam syariat) itu mengharuskan sikap yang lebih dari itu, yaitu dengan menyebutkan sifat-sifat atau ciri-ciri mereka yang buruk secara khusus dan terperinci. Dengan demikian, sikap keras dan kasar itu diletakkan pada tempatnya sebagaimana semestinya." ('Uyun Ar Rosail wal Ajwibah 'Alal Masail: 2/739)
Allohlah yang memberi taufiq dan menunjuki kepada jalan yang yang lurus.
Ditulis: Mushlih Abu Sholeh Al Madiuniy -waffaqohulloh- (17 Dzulhijjah 1435H)
Sumber: Majmu'ah 3 Akhbar Al Fath Qol'atis Sunnah, musyrif: Hamud Al Ashbuhi
lembaran-lembaran ilmiah • وما توفيقي إلا بالله • mushlihabusholeh.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar