بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نستعينه ونستغفره وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم تسليما كثيرا أما بعد
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu -wahai Nabi- tentang-Ku, maka jawablah: “Sungguh Aku ini adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu menaati segala perintah-Ku dan menjauhi larangan-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu mendapatkan hidayah dan petunjuk kepada kebaikan agama dan dunia mereka.” (Tafsir Muyassar QS. Al-Baqoroh: 186)
Dalam ayat ini terdapat pengabaran dari Alloh subhanahu wa ta'ala akan kedekatan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya, suatu kedekatan yang sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh menerangkan bahwasanya Alloh subhanahu ta’ala mengabarkan bahwa Dia itu dekat, mengabulkan do’a hamba-Nya jika ia berdo’a kepada-Nya. Kemudian Alloh ta'ala memerintahkan mereka untuk memenuhi perintah-Nya dan beriman kepada-Nya, sebagaimana ucapan sebagian ulama tafsir dalam memaknai ayat tersebut: “Maka hendaklah mereka itu menaati segala perintah-Ku dan menjauhi larangan-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu mendapatkan hidayah dan petunjuk kepada kebaikan agama dan dunia mereka.”
Para ulama mengatakan bahwa dengan dua sebab utama inilah do’a itu akan terkabul:
Pertama: dengan kesempurnaan ketaatan terhadap uluhiyah-Nya dengan bertauhid uluhiyah, yaitu meyakini bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali Alloh semata dan menjauhi kesyirikan dan ahli syirik.
Kedua: dengan kebenaran iman terhadap rububiyah-Nya (tauhid rububiyyah), yaitu mengakui bahwasanya Alloh-lah satu-satunya yang menciptakan, memberikan rezki dan mengatur alam semesta.
Siapa yang memenuhi seruan Robbnya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka akan tercapai apa yang diinginkan dari do’anya dan terkabulkan. Hal ini sebagaimana firman Alloh ta’ala:
وَيَسْتَجِيبُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ
“Dia mengabulkan doa orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya serta mengerjakan amal yang sholeh untuk Robb mereka dan menambah pahala kepada mereka dengan berlipat ganda dari karunia-Nya. Sedangkan orang-orang yang kafir terhadap Alloh dan Rosul-Nya, maka bagi mereka adzab yang pedih dan menyakitkan pada hari kiamat.” (Tafsir Muyassar QS. Asy-Syuro: 26)
Do’a pelaku syirik dan kemaksiatan
Demikian juga, siapa yang berdo’a kepada Alloh dengan rasa yakin bahwa Dia akan mengabulkan do’anya, maka Alloh akan mengabulkannya, meskipun terkadang orang itu adalah musyrik (berbuat syirik) atau fasiq (banyak berbuat maksiat). Hal ini bisa terjadi ketika ia berdoa kepada Alloh ta'ala ketika dalam keadaan terjepit (genting dan darurat) atau terdzolimi.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ * لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ وَلِيَتَمَتَّعُوا فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
“Maka apabila orang-orang kafir naik kapal laut dan takut akan tenggelam, maka mereka mengesakan Alloh dan berdoa kepada-Nya dengan memurnikan doa semata-mata kepada-Nya ketika itu. Maka tatkala Alloh menyelamatkan mereka sampai ke daratan dan rasa takut itu telah hilang, tiba-tiba mereka kembali mempersekutukan Alloh (berbuat syirik) ketika aman. Kesyirikan mereka setelah Alloh berikan kenikmatan kepada mereka berupa keselamatan tersebut akan berakibat kepada kekufuran mereka terhadap nikmat Alloh atas diri dan harta mereka. Biarkanlah mereka menikmati kehidupan dunianya. Mereka akan mengetahui kerusakan amalan mereka kelak dan apa yang telah dipersiapkan untuk mereka berupa adzab yang pedih pada hari kiamat. Ini adalah ancaman yang keras bagi mereka.” (Tafsir Muyassar QS. Al-’Ankabut: 65-66)
Alloh ta’ala berfirman:
وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ
“Apabila manusia ditimpa bahaya, maka dia berdoa kepada Kami untuk menyingkapkan bahaya itu dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri sesuai dengan keadaan mereka ketika tertimpa bahaya tersebut. Setelah Kami hilangkan bahaya itu dari dirinya, ternyata dia kembali melalui jalannya yang sesat dan lupa akan bahaya yang telah menimpanya serta tidak bersyukur kepada Robbnya yang telah menyelamatkannya.” (Tafsir Muyassar QS. Yunus: 12)
Alloh ta’ala juga berfirman:
وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الْإِنْسَانُ كَفُورًا
“Apabila kalian ditimpa bahaya di lautan sampai nyaris tenggelam dan binasa, niscaya hilanglah dari pikiran kalian siapa yang kalian seru dari tuhan-tuhan dan kalian hanyalah mengingat Alloh Al Qodiir (maha kuasa) agar Dia menyelamatkan kalian dari bahaya, sehingga kalian ikhlashkan permintaan tolong kalian hanya untuk-Nya ketika itu dan Alloh telah menyelamatkan kalian. Maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, ternyata kalian berpaling dari keimanan dan keikhlasan serta amal sholeh. Ini adalah akibat kejahilan dan kekufuran manusia. Manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih (kufur) terhadap nikmat-nikmat Alloh 'azza wa jalla.” (Tafsir Muyassar QS. Al-Isro’: 67)
قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ الله أَوْ أَتَتْكُمُ السَّاعَةُ أَغَيْرَ الله تَدْعُونَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ * بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ وَتَنْسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ
“Katakanlah -wahai Rosul- kepada orang-orang musyrikin itu: “Terangkanlah kepadaku, jika datang siksaan Alloh kepada kalian di dunia atau datang kepada kalian hari kiamat yang kalian akan dibangkitkan padanya, apakah kalian di sana akan menyeru sesembahan selain Alloh untuk menghilangkan bencana yang menimpa kalian, jika kalian memang orang-orang yang benar persangkaannya bahwa para sesembahan yang kalian sembah selain Alloh itu dapat mendatangkan manfaat dan menolak bala?
Tidaklah demikian, tetapi hanya Dialah (Alloh ta’ala yang telah menciptakan kalian) yang akan kalian seru dan mintai tolong di sana. Maka Dia akan menghilangkan bahaya yang karenanya kalian berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendakinya dan ketika itu, kalian akan tinggalkan sembahan-sembahan atau wali-wali yang kalian sekutukan dengan Alloh.” (Tafsir Muyassar QS. Al-An’am: 40-41)
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma, ketika beliau mengutus Mu’adz bin Jabal rodhiyallohu ‘anhu berdakwah ke Yaman:
وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ
“Takutlah terhadap do’a orang yang terdzolimi, karena tidak ada penghalang sedikit pun antara doanya dan Alloh (yakni akan terkabul doanya).” (HR. Bukhori dan Muslim)
Akan tetapi, mereka yang dikabulkan do’anya lantaran pengakuan mereka terhadap rububiyyah Alloh dan meyakini bahwa Dialah yang mengabulkan do’a orang yang dalam keadaan genting dan terdzolimi itu, jika tidak mengikhlaskan agama semata-mata untuk Alloh dalam beribadah (yaitu tidak menjauhi kesyirikan) dan juga tidak menaati perintah Alloh dan Rosul-Nya, niscaya apa yang Alloh berikan karena do’anya itu hanyalah berupa kenikmatan dunia semata dan di akherat kelak ia tidaklah mendapatkan bagian sedikit pun.
Alloh ta’ala berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا * وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا * كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا
“Siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) dengan berusaha semata-mata untuk meraihnya dan tidak membenarkan hari akhir serta tidak beramal untuknya, maka Alloh segerakan baginya di dunia itu apa yang Alloh kehendaki dan inginkan dari apa yang telah tertulis dalam luhul mahfudz. Alloh tentukan baginya neraka Jahannam di akhirat. Ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir dari rahmat-Nya 'azza wa jalla.
Siapa yang menghendaki dengan amalan sholehnya pahala kehidupan akhirat yang kekal dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh menaati Alloh ta'ala sedang ia adalah seorang yang beriman kepada Alloh dan pahala-Nya yang besar, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya diterima dan tersimpan di sisi Robbnya serta akan diganjar atasnya.
Kepada masing-masing golongan tersebut, baik golongan yang beramal untuk dunia yang fana ini maupun golongan yang beramal untuk akhirat yang kekal itu, akan Kami tambahkan untuknya dari rizki Kami di dunia. Kemurahan Kami tidak dapat dihalangi dari siapapun, baik mukmin maupun kafir.” (Tafsir Muyassar QS. Al-Isro’: 18-20)
Al-Kholil Ibrohim ‘alaihis salam telah berdo’a memohon rezki bagi orang-orang yang beriman dengan mengatakan:
وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Berikanlah rezki dari berbagai macam buah-buahan kepada penduduknya (Mekkah) yang beriman di antara mereka kepada Alloh dan hari akhir.”
Setelah itu Alloh ta’ala berfirman:
وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Siapa yang kafir dari mereka, maka Aku beri kesenangan sementara berupa rezki di dunia yang sedikit, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Tafsir Muyassar QS. Al-Baqoroh: 126)
Maka, tidaklah setiap orang yang diberi kenikmatan oleh Alloh berupa rezki dan kemenangan, baik dengan dikabulkan do’anya atau diberikan kenikmatan lainnya di dunia itu termasuk orang yang dicintai oleh Alloh dan dibela. Akan tetapi, Alloh subhanahu wa ta’ala memberikan rezki kepada semuanya baik yang mukmin maupun kafir dan yang sholeh maupun jahat. Terkadang Alloh mengabulkan do’a mereka dan memberikan apa yang mereka minta di dunia. Adapun di akherat nanti, tidaklah mereka mendapatkan bagian sedikitpun.
Ada sebuah kisah -wallohu a’lam akan keshohihannya, tetapi ini mengandung hikmah-:
Ada sebuah pasukan orang-orang kafir Nashrani mengepung sebuah kota kaum muslimin, sampai-sampai mereka kehabisan persediaan air bersih. Lalu mereka meminta kepada kaum muslimin untuk menyediakan air bersih agar mereka kembali. Kemudian para pemimpin kaum muslimin waktu itu mengadakan musyawarah tentang hal ini. Mereka berpendapat: “Kita biarkan saja mereka sampai lemah lantaran kehausan, kemudian kita serang mereka.”
Lalu orang-orang Nashrani itu bangkit berdoa untuk meminta hujan dan dikabulkanlah permintaan mereka dengan turunnya hujan. Melihat hal itu, sebagian orang awam kaum muslimin mulai gonjang imannya. Maka sang raja berkata kepada beberapa orang arif: “Temuilah orang-orang itu dan perintahkan untuk memasang mimbar untuknya.” Kemudian setelah sang raja keluar, maka ia berdoa di atas mimbar: “Ya Alloh, kami mengetahui bahwa mereka adalah termasuk golongan yang telah Engkau jamin rezki mereka di dunia, sebagaimana yang telah Engkau firmankan dalam kitab-Mu:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى الله رِزْقُهَا
“Alloh telah menjamin rezki seluruh makhluk hidup yang berjalan di muka bumi berdasarkan kemurahan-Nya.” (Tafsir Muyassar QS. Hud: 6)
Sungguh mereka telah menyeru-Mu dalam keadaan terdesak (darurat) dan Engkau kabulkan doa orang-orang yang terdesak (dalam keadaan genting), sehingga Engkau turunkan hujan kepada mereka, bukan karena Engkau mencintai diri-diri dan agama mereka. Maka sekarang, kami mohon agar Engkau perlihatkan kepada kami sebuah ayat (tanda kekuasaan-Mu) yang dengannya dapat menguatkan iman yang ada dalam hati-hati hamba-Mu yang beriman.” Setelah itu, maka Alloh ta'ala mengirimkan kepada mereka (orang-orang Nashrani itu) sebuah angin yang membinasakan mereka…
Melampaui batas dalam berdo’a
Termasuk dalam bab ini adalah orang yang berdoa dengan doa yang tidak pantas dan melampaui batas, baik dengan meminta sesuatu yang tidak baik atau doa yang mengandung kemaksiatan kepada Alloh, syirik dan sebagainya. Ketika telah tercapai apa yang diinginkannya, maka ia mengira bahwa itu merupakan tanda kesholehan amalannya, seperti orang yang diberikan ketangguhan (umur panjang dan kelancaran penghidupan), sehingga diberikan kepadanya banyak harta dan keturunan. Dia mengira bahwa hal itu termasuk berlomba-lomba dalam kebaikan!
Alloh ta’ala berfirman:
أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ * نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لَا يَشْعُرُونَ
“Apakah mereka orang-orang kafir itu mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu berarti bahwa Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan yang pantas mereka dapatkan?! Tidak, Kami hanyalah menyegerakan bagi mereka suatu kebaikan dalam rangka ujian yang menggoda dan memperdayakan mereka. Akan tetapi sebenarnya mereka itu tidak sadar akan hal itu.” (Tafsir Muyassar QS. Al-Mukminun: 55-56)
Alloh ta’ala juga berfirman:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
“Tatkala mereka meninggalkan untuk beramal menaati perintah-perintah Alloh ta'ala dan berpaling darinya, maka Kami pun membukakan semua pintu-pintu rezki berupa kekayaan dan kesehatan untuk mereka dalam rangka memperdayakan mereka. Sehingga apabila mereka telah berlaku sombong dan bangga dengan apa yang telah diberikan kepada mereka tersebut, maka Kami siksa mereka secara mendadak. Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa dari segala kebaikan.” (Tafsir Muyassar QS. Al-An’am: 44)
Firman Alloh ta’ala:
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
“Janganlah sekali-kali orang-orang kafir itu menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka yaitu dengan memperpanjang umur mereka, memperbanyak perhiasan dunia dan membiarkan mereka berbuat kekufuran dan dosa sesuka hatinya itu berarti kebaikan bagi diri-diri mereka. Hanyalah Kami memberi tangguh ajal dan adzab mereka supaya bertambah-tambah dosa dan kedholiman mereka dan bagi merekalah adzab yang menghinakan.” (Tafsir Muyassar QS. Ali Imron: 178)
Alloh ta’ala juga berfirman:
فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ * وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ
“Maka serahkanlah -wahai Rosul- kepada-Ku urusan orang-orang yang mendustakan Al Quran ini. Kamilah yang akan membalasi mereka. Kami akan memperbanyak harta dan anak-anak serta kenikmatan bagi mereka untuk memperdayakan mereka dari arah yang tidak mereka ketahui dan itu adalah sebab kebinasaan mereka. Kami panjangkan umur mereka agar bertambah dosa mereka. Sungguh rencana-Ku kepada kaum kafir itu amat tangguh dan kuat.” (Tafsir Muyassar QS. Al-Qolam: 44-45)
Wallohu a’lam bish showab, wabillahit taufiq.
Ditulis: Mushlih Abu Sholeh Al Madiuniy -ro'ahulloh- (rev. 11 Muharrom 1436)
Maroji':
- At Tafsir Al Muyassar, kumpulan ulama tafsir Saudi, prakarsa Syaikh Sholeh Alu Asy Syaikh waffaqohulloh, cet. 2.
- Iqtidho’ Ash-Shirothol Mustaqim Mukholafatu Ashhabil Jahim, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh (2/314-317).
lembaran-lembaran ilmiah • وما توفيقي إلا بالله • mushlihabusholeh.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar